Senin, 02 Juli 2012

pengertian konseling komunitas

PERANAN KONSELOR DALAM PROGRAM BIMBINGAN Konselor adalah seorang anggota staf sekolah dan bertanggung jawab penuh terhadap fungsi bimbingan dan mempunyai keahlian khusus dalam bidang bimbingan yang tidak dapat dikerjakan oleh guru biasa, konselor bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah dan hanya mempunyai hubungan kerjasama dengan guru serta anggota staf lainnya. Konselor bersama kepala sekolah merencanakan program bimbingan yang sistematis yang meliputi: 1. Program pengembangan pendidikan guru, 2. Program konsultasi untuk guru dan orangtua, 3. Program konseling untuk murid, 4. Program layanan referal untuk murid, 5. Program pengembangan dan penelitian sekolah, 6. Penilaian hasil belajar dan layanan bimbingan lainnya. 1. Pelayanan Konselor dalam Bidang Pendidikan Program bimbingan yang efektif memberikan pendidikan atau peningkatan kepada guru mengenai cara-cara bimbingan dan menafsirkan laporan-laporan anak. Guru pada umumnya kurang memahami teknik bimbingan dan penggunaan alat pengumpulan data anak. Oleh karena itu konselor dapat membantu guru mengenai cara-cara pengumpulan data, sistem pencatatan data, dan penafsiran hasil alat-alat pencatatan yang telah dikembangan. Khusus mengenai pengumpulan data, guru tidak memiliki banyak waktu untuk melaksanakan tugas ini. Konselor dapat membantu guru dalam pengelompokan murid menurut tingkat kedewasaan dan memberikan konsultasi mengenai pengembangan program pendidikan dan menafsirkan hasil pendidikan. Jika problem anak tidak dapat diatasi oleh guru, umpamanya dalam memberikan konseling kepada atau orang tua, tugas tersebut harus dialihkan kepada konselor. Dalam konseling untuk anak-anak sebaiknya konselor menyediakan ruangan khusus yang dilengkapi oleh berbagai jenis permainan seperti boneka, buku-buku gambar, dan barang-barang lain yang disukai anak. Bimbingan yang diberikan pada tahun pertama pengalaman anak di sekolah mempunyai arti terhadap perkembangan anak di kemudian hari. Banyak anak mengalami kesukaran emosional, sosial, dan akademis di perguruan tinggi karena semasa kecil anak tersebut kurang mendapat bimbingan. Konselor dapat membantu anak mendapatkan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Konselor juga dapat membantu bagian kurikulum untuk yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemapuan anak. B. Pendekatan dengan Tim Sekolah Dewasa ini banyak sekolah mempunyai tim kerja yang terdiri atas guru, konselor, psikologi, dokter, perawat, dan pelatih pembaca. Mereka berkarya bersama-sama di bawah pimpinan kepala sekolah. Rencana sekolah, termasuk program bimbingan dan konseling, dibicarakan bersama-sama dalam pertemuan untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah dan anak secara berkala. Keterangan dan pertimbangan dari staf lainnya dapat membantu konselor untuk semakin mengerti siswa dan untuk menyusun program bimbingan yang efektif. Dalam program tersebut beberapa kegiatan dapat diserahkan kepada ahli, sesuai dengan wewenangnya masing-masing. Rapat kerja ini sangat bermanfaat karena setiap masalah dapat dilihat dari banyak sudut dan terjadi saling konsultasi. Dengan keterangan ini dapat disimpulkan bahwa tugas bimbingan sekolah bukan hanya tanggung jawab konselor saja, tetapi juga tanggung jawab seluruh anggota tim sekolah. Di bawah pimpinan kepala sekolah, tim sekolah selalu menilai sasaran dan program bimbingan dan berusaha mencari program yang paling efektif untuk sekolah. Penilaian yang teratur dan penelitian terhadap program bimbingan sangat penting sangat penting untuk meningkatkan program bimbingan di sekolah. Alasan Diperlukannya Konselor Pendidikan: * Kehidupan Demokrasi: Guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa tidak hanya menjadi peserta pasif dalam kegiatan pendidikan. Guru hanya membantu siswa untuk dapat mengambil keputusannya sendiri. * Perbedaan Individual: Pembelajaran yang umumnya dilakukan secara klasikal kurang memperhatikan perbedaan siswa dalam kemampuan dan cara belajarnya sehingga beberapa siswa mungkin akan mengalami kesulitan. * Perkembangan Norma Hidup: Masyarakat berubah secara dinamis. Demikian pula dengan berbagai norma hidup yang ada di dalamnya. Setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut. * Masa Perkembangan: Seorang individu mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dalam dirinya dan perubahan tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Diperlukan penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut. * Perkembangan Industri: Seiring dengan perkembangan teknologi yang cepat, industri juga berkembang dengan pesat. Untuk memiliki karir yang baik, siswa harus bisa mengantisipasi keadaan tersebut. Menurut Jones ada 7 sifat yang harus dimiliki oleh seorang konselor, adalah sebagai berikut : 1. Tingkah laku yang etis. Sikap dasar seorang konselor harus mengandung ciri etis, karena konselor harus membantu manusia sebagai pribadi dan memberikan informasi pribadi yang bersifat sangat rahasia. Konselor harus dapat merahasiakan kehidupan pribadi konseli dan memiliki tanggung jawab moral untuk membantu memecahkan kesukaran konseli. 2. Kemampuan intelektual. Konselor yang baik harus memiliki kemampuan intelektual untuk memahami seluruh tingkah laku manusia dan masalahnya serta dapat memadukan kejadian-kejadian sekarang dengan pengalaman-pengalamannya dan latihan-latihannya sebagai konselor pada masa lampau. Ia harus dapat berpikir secara logis, kritis, dan mengarah ke tujuan sehingga ia dapat membantu konseli melihat tujuan, kejadian-kejadian sekarang dalam proporsi yang sebenarnya, memberikan alternatif-alternatif yang harus dipertimbangkan oleh konseli dan memberikan saran-saran jalan keluar yang bijaksana. Semua kecakapan yang harus dimiliki seorang konselor di atas membutuhkan tingkat perkembangan intelektual yang cukup baik. 3. Keluwesan (fleksibelity). Hubungan dalam konseling yang bersifat pribadi mempunyai ciri yang supel dan terbuka. Konselor diharapkan tidak bersifat kaku dengan langkah-langkah tertentu dan sistem tertentu. Konselor yang baik dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan situasi konseling dan perubahan tingkah laku konseli. Konselor pada saat-saat tertentu dapat berubah sebagai teman dan pada saat lain dapat berubah menjadi pemimpin. Konselor bersama konseli dapat dengan bebas membicarakan masalah masa lampau, masa kini, dan masa mendatang yang berhubungan dengan masalah pribadi konseli. Konselor dapat dengan luwes bergerak dari satu persoalan ke persoalan lainnya dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam proses konseling. 4. Sikap penerimaan (acceptance). Seorang konseli diterima oleh konselor sebagai pribadi dengan segala harapan, ketakutan, keputus-asaan, dan kebimbangannya. Konseli datang pada konselor untuk meminta pertolongan dan minta agar masalah serta kesukaran pribadinya dimengerti. Konselor harus dapat menerima dan melihat kepribadian konseli secara keseluruhan dan dapat menerimanya menurut apa adanya. Konselor harus dapat mengakui kepribadian konseli dan menerima konseli sebagai pribadi yang mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri. Konselor harus percaya bahwa konseli mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab. Sikap penerimaan merupakan prinsip dasar yang harus dilakukan pada setiap konseling. 5. Pemahaman (understanding). Seorang konselor harus dapat menangkap arti dari ekspresi konseli. Pemahaman adalah mengkap dengan jelas dan lengkap maksud yang sebenarnya yang dinyatakan oleh konseli dan di pihak lain konseli dapat merasakan bahwa ia dimengerti oleh konselor. Konseli dapat menangkap bahwa konselor mengerti dan memahami dirinya, jika konselor dapat mengungkapkan kembali apa yang diungkapkan konseli dengan bahasa verbal maupun nonverbal dan disertai dengan perasaannya sendiri. Ungkapan konselor ini harus dapat ditangkap oleh konseli. Kemampuan konselor dalam memahami konseli pada setiap konseling dapat terjadi dengan menempatkan dirinya pada kaca mata konseli. Memahami orang lain tidak cukup hanya mengerti data-data yang terkumpul, tetapi yang lebih penting konselor dapat mengerti bagaimana konseli memberikan arti terhadap data-data tadi. Memahami dalam proses konseling jangan disamakan dengan memahami suatu ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan orang ingin menangkap arti yang objektif, sedangkan dalam konseling justru karena ingin menangkap arti yang subjektif, yaitu arti yang diberikan oleh konseli. Dalam konseling yang diperlukan bukan kebenaran yang objektif, melainkan bagaiman konseli melihat kebenaran itu. Seorang konselor tidak perlu meneliti kebenaran kata-kata konseli, tetapi yang penting bagi konselor adalah menangkap cara konseli menyatakan kebenaran tersebut dan akhirnya konselor dapat menangkap arti keseluruhan pernyataan kepribadian konseli. Seorang konselor harus mengikuti perubahan kepribadian konseli dengan baik. Konselor harus dapat menyatuakn dirinya dengan dunia konseli dan dapat menyatukan kembali dengan cara yang wajar dan dengan penuh perasaan agar konseli mudah menangkap dan mengertinya. Akhirnya, konseli dapat melihat alternatif-alternatif yang realistis dengan diri sendiri dan berani merumuskan suatu keputusan yang bijaksana. Konselor sangat berperan dalam situasi puncak proses konseling ini. 6. Peka terhadap rahasia pribadi. Dalam segala hal konselor harus dapat menunjukkan sikap jujur dan wajar sehingga ia dapat dipercaya oleh konseli dan konseli berani membuka diri terhadap konselor. Jika pada suatu saat seorang konseli mengetahui bahwa konselornya menipunya dengan cara yang halus, konseli dapat langsung menunjukkan sikap kurang mempercayai dan menutup diri yang menghilangkan sikap baik antara dirinya dan konselornya. Konseli sangat peka terhadap kejujuran konselor, sebab konseli telah berani mengambil risiko dengan membuka diri dan khususnya rahasia hidup pribadinya. 7. Komunikasi. Komunikasi merupakan kecakapan dasar yang harus dimiliki oleh setiap konselor. Dalam komunikasi konselor dapat mengekspresikan kembali pernyataan-pernyataan konseli secara tepat. Menjawab atau memantulkan kembali pernyataan konseli dalam bentuk perasaan dan kata-kata serta tingkah laku konselor. Konselor harus dapat memantulkan perasaan konseli dan pemantulan ini dapat ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai pernyataan yang penuh penerimaan dan pengertian. Dalam koseling tidak terdapat resep tertentu mengenai komunikasi yang dapat dipakai oleh setiap konselor pada setiap konseling.

4 komentar: